Senin, 15 Juli 2019

PROFIL SEMINARI MENENGAH KPA ST. PAULUS MATALOKO
1. Pendahuluan: seminari, apa itu?
Kata seminari berasal dari kata Latin semen yang berarti benih atau bibit. Dari akar kata semen ini kemudian muncul kata seminarium yang berarti tempat persemaian benih-benih sebelum dipindahkan ke ladang yang lebih luas. Dari pemahaman dasar berdasarkan akar kata ini seminari dapat berarti: sebuah lembaga pendidikan khusus yang di mana benih-benih panggilan imam yang terdapat dalam diri anak-anak muda, disemaikan, secara khusus, untuk jangka waktu tertentu, dengan tatacara hidup dan pelajaran yang khas, dengan dukungan bantuan para staf pengajar dan pembina, yang biasanya terdiri dari para imam/ biarawan juga awam. Merek yang bersekolah atau dibina di seminari biasanya disebut seminaris. Seminari merupakan sebuah lembaga pendidikan calon imam dan biarawan. Di dalam seminari dididik dan dibina para remaja dan pemuda untuk memupuk tunas-tunas panggilan, dengan pola pembinaan yang khas, terutama bimbingan rohani yang matang, pembinaan moral dan intelektual, juga pemeliharaan kesehatan badan maupun jiwa.
Mengingat tujuan pendidikan sebuah seminari adalah mempersiapkan seseorang untuk menjalani pelayanan sebagai seorang Imam, maka program pendidikannya biasanya dipusatkan pada empat bidang, yaitu: pembinaan kepribadian, pembinaan spiritual, pembinaan akademik, dan pembinaan pastoral. Pembinaan kepribadian dimaksudkan untuk menciptakan pribadi pelayan bidang keagamaan yang matang dari segi emosional, jasmani, dan rohani. Pembinaan spiritual dilakukan dengan membiasakan peserta didik mengembangkan kehidupan kerohaniannya dengan berbagai latihan spiritual (doa, retreat, meditasi, devosi, dll.)
Pembinaan akademik dicapai dengan pendekatan ilmiah terhadap berbagai segi ilmu teologi. Peserta didik belajar tentang perkembangan ilmu teologi dari abad-abad pertama hingga zaman yang mutakhir. Mereka juga belajar berbagai studi teologi yang berkembang di berbagai tempat di dunia, termasuk di dalam konteks studinya sendiri. Pembinaan akademik inilah yang menjadi fokus utama pendidikan di seminari yang sudah pasti peserta didik atau seminaris dibekali dengan pendidikan filsafat sebagai pelayan teologi. Pembinaan pastoral dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik dengan kecakapan penggembalaan yang dibutuhkan oleh seorang rohaniwan. Selain hal hal di atas di berbagai seminari para seminaris juga dibekali dengan kecakapan dalam memahami manusia sebagai pribadi (melalui ilmu psikologi) dan kecakapan memahami manusia dari sudut social, budaya dan keanekaragaman suku, bahasa dan agama yaitu melaui ilmu sosiologi.
Pendidikan dan pembinaan di seminari ini diatur dengan pola berkelanjutan mulai dari seminari menengah sampai dengan seminari tinggi. Tujuan dari pembinaan berkelanjutan ini adalah agar para seminaris menyadari bahwa panggilan yang sedang mereka jalani adalah benar-benar dimaksudkan untuk membaktikan diri sepenuhnya dalam pengabdian diri kepada Allah dan pelayanan pastoral. Panggilan yang ada dalam diri mereka adalah sebuah rahmat khusus yang diberikan oleh Allah yang harus dijaga, dihargai dan diamalkan dalam kehidupan sebagai seorang seminaris maupun sebagai Imam nantinya.

2. Seminari KPA Santo Paulus Sintang di Mataloko.
Di Indonesia ada cukup banyak seminari, baik seminari tingkat SMP dan SMA, seminari KPA juga seminari tingkat perguruan tinggi yang sering disebut seminari Tinggi. Di NTT misalnya ada 8 seminari setingkat SMP/ SMA dan belasan seminari Tinggi. Dari sekian banyak seminari Tinggi yang terkenal itu misalnya Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Seminari Tinggi St. Mikael Penfui Kupang dan banyak Seminari Tinggi milik berbagai kongregasi dan tarekat. Salah satu seminari yang ada di Indonesia adalah Seminari KPA Santo Paulus Mataloko. KPA adalah kependekan dari Kelas Persiapan Atas. Seminari KPA adalah seminari yang menerima anak anak tamatan SMA/ SMK (yang bukan tamatan seminari tingkat SMP/ SMA).
2.1. Sejarah berdirinya
Seminari KPA Santo Paulus Mataloko awalnya didirikan oleh Mgr. Ishak Doera, Pr Uskup Keuskupan Sintang Kalimantan Barat. Berdirinya seminari ini atas permohonan Yang Mulia Mgr. Ishak Doera, Pr., kepada Yang Mulia Bapak Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, dengan surat No. 191/Sem/88, tertanggal 8 Agustus 1988, yang isinya adalah permohonan pendirian Seminari Kelas persiapan Atas (KPA) milik Keuskupan Sintang di wilayah Keuskupan Agung Ende.
Permohonan pendirian seminari ini dimaksudkan untuk mengakomodir para lulusan SMA dan SMK yang ingin menjadi imam. Alasan lainnya adalah untuk mendampingi para calon imam dari daratan Flores, Timor, Sumba dan lain lain guna memenuhi kebutuhan kurangnya tenaga imam dan pelayan pastoral bagi Keuskupan Sintang. Kebutuhan tenaga imam bagi Keuskupan Sintang ini sangat mendesak, mengingat wilayah Keuskupan Sintang yang begitu luas, sementara tenaga imam sangat terbatas. Permohonan Bapak Uskup Sintang tersebut diterima dan dikabulkan oleh Yang Mulia Bapak Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, melalui surat No. 316/KUS/88, tertanggal 25 Agustus 1988.
Adapun isi surat tersebut adalah bahwa Bapak Uskup Agung Ende merestui dan mengijinkan Keuskupan Sintang untuk membuka sebuah seminari yang keberadaannya di wilayah Keuskupan Agung Ende, tepatnya di Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada-Flores, Propinsi NTT. Dengan direstui berdirinya Seminari Keuskupan Sintang di Flores ini, Keuskupan Sintang berharap memperoleh calon-calon imam yang berasal dari daratan Flores, Timor dan Sumba untuk menjadi calon imam dan imam bagi Keuskupan Sintang.
Pada bulan September 1988, dimulailah pembangunan gedung Seminari di atas lahan yang sebelumnya dipakai sebagai sebuah tempat kurus ketrampilan milik bapak Yosep Supit (mantan Bruder SVD) yang kemudian menjadi imam Projo Keuskupan Sintang. Rm. Yosep Supit, Pr menyerahkan tanah miliknya untuk dipakai mendirikan Seminari. Pada tanggal 19 Juli 1988 Rm. Matias Salla Rawa Patty, Pr ditahbiskan sebagai Imam Keuskupan Sintang dan mendapat tugas pertama sebagai Rektor Seminari St. Paulus Mataloko. Pada tanggal 25 Januari 1989 Rm. Matias Salla Rawa Patty, Pr secara resmi membuka pendaftaran bagi para calon seminaris baru angkatn I. Namun karena alasan bangunan yang belum selesai maka para seminaris angkatan I ini dititipkan di Seminari Todabelu Mataloko sambil menunggu selesainya pembangunan gedung seminari. Setelah kurang lebih 5 bulan, gedung sementara seminari telah hampir selesai dibangun. Gedung seminari yang dimaksud janganlah dibayangkan sebuah bangunan megah layaknya bangunan bangunan milik Gereja di Eropa atau di belahan Indonesia lainnya. Gedung seminari St. Paulus Mataloko adalah gedung seminari sederhana bahkan kalau boleh dikatakan sangat sederhana. Bangunan seminari terbuat dari bahan lokal yaitu bambu. Material utama terbuat dari bambu yang dicincang dan kemudian direkatkan satu dengan yang lain yang dalam bahasa daerah setempat disebut naja. Segala sesuatu dimulai dengan sangat sederhana.  Karena alasan inilah sering kali seminari ini disebut dengan nama seminari “gubuk bambu” dan tamatannya sangat bangga bila disapa “alumni Gubuk Bamboe Mataloko”. Sisa bangunan yang dibangun pada tahun 1989 ini masih tersisa satu unit yaitu unit kamar makan dan ruangan rekreasi para formator.
Pada tangal 25 Januari 1990 bertepatan dengan Pesta bertobatnya St. Paulus Rasul, Yang Mulia Uskup Agung Ende, Mgr. Donatus Djagom, SVD, mewakili Yang Mulia Bapak Uskup Sintang yang berhalangan hadir, berkenan meresmikan berdirinya lembaga pendidikan calon imam ini dengan nama : SEMINARI MENENGAH SANTO PAULUS SINTANG di Mataloko, Ngada, Flores, NTT. Untuk selanjutnya, lembaga pendidika calon imam ini lebih dikenal dengan nama atau sebutan: Seminari Santo Paulus Sintang atau Seminari Sintang. Keberadaan seminari sebagai sebuah lembaga pendidikan bagi generasi muda juga didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Ngada Provinsi NTT. Dukungan ini diwujudkan dengan kehadiran bupati Ngada Drs. Mateus Jhon Bei saat peresmian.
2.2. Nama pelindung.
Pelindung Seminari ini adalah Santo Paulus. Santo Paulus dipilih menjadi pelindung karena beberapa alasan. 1). Rasul Paulus adalah seorang rasul besar bahkan disetarakan dengan rasul Petrus. Ia memiliki sejarah yang unik. Ia terpelajar juga sangat pastoralis. Dengan meneladan Rasul Paulus diharapkan para seminaris bila nanti menjadi Imam harus sungguh terpeljar tetapi juga punya kebajikan pastoral yang bisa menghantar umat beriman kepada Tuhan. 2). Nama asli Paulus adalah Saulus. Nama ini dipakai setelah pertobatannya. Pertobatan Saulus manjadi Paulus adalah sebuah pertobatan “rahmat”. Pertobatan jenis ini adalah sebuah jenis pertobatan yang tidak diusahakan tetapi semata mata “karena pemberian Allah”. Allah yang menangkap saulus dan mengubah dia menjadi Rasul Paulus. Kita bisa melihat bahwa Saulus sejatinya adalah seorang penganiaya jemaat yang sangat bengis. Ia sama sekali tidak pernah mengusahakan pertobatannya dan tidak ada orang lain juga yang berusaha mentobatkan dia. Pertobatannya adalah murni rahmat Allah. Keterbukaan Paulus dalam menerima rahmat Allah ini perlu menjadi contoh kehidupan para seminaris di seminari ini agar berani membuka diri dan diubah oleh Allah. 3). Seminaris di KPA Mataloko sering disebut sebagai “orang orang yang punya panggilan terlambat”. Disebut demikian karena pada umumnya di Flores bila seorang anak masuk seminari artinya dia masuk Seminari seperti di Kisol, Todabelu atau Labuan Bajo yang mana mereka masuk Seminari setelah tamat SD atau tamat SMP. Bila sesudah tamat SMA dan masuk Seminari itu namanya ‘panggilan terlambat’. Rasul Paulus bila dibandingkan dengan para rasul yang lain (Petrus, Tomas, Andreas, Yohanes dll) dia termasuk orang yang terlambat mengikuti Yesus. Ia menjadi pengikut Yesus setelah Yesus telah naik ke Surga padahal usianya hampir sama dengan rasul rasul yang lain.
2.3. Tokoh utama fase awal:
Gerakan apapun dan dimanapun tentu ada waktu memulai dan ada tokoh atau motor penggerak. Tokoh tokoh ini memiliki spirit dasar yang dan kuat arah yang mantap. Mereka memiliki  dedikasi yang sangat tinggi. Perlu disebutkan pada fase awal pendirian Seminari ini sampai dengan 14 tahun sesudahnya adalah. 1). Mgr. Isak Doera, Pr dan dewan Imam Keuskupan Sintang. Bapak Uskup dan para Imam Sintanglah yang menginisiator pendirian Seminari ini. Tanpa inisiatif mereka seminari ini belum tentu ada. 2). Mgr. Donatus Djagom, SVD. Beliau adalah Uskup Keuskupan Agung Ende yang mengijinkan pendirian Seminari St. Paulus Sintang di Mataloko yang ada di wilayah yurisdiksinya. 3). Rm. Matias Sala Rawa Patty, Pr. Beliau adalah  Imam Projo Keuskupan Sintang yang berasal dari Wolowaru-Ende-Flores. Beliau ditahbiskan pada 19 Juli 1988 dan tugas I yang dipercayakan kepadanya adalah membangun dan memulai penyelenggaraan seminari St. Paulus Sintang di Mataloko. Selanjutnya beliau menjadi Rektor di seminari ini sampai tahun 2002. 4). Rm. Yosep Supit, Pr. Beliau adalah orang yang menyediakan lahan dan merelakan tempat kursus keterampilan miliknya diubah menjadi sebuah Seminari. Selain tokoh tokoh di atas masih banyak tokoh lain yang turut berperan aktif dengan segala macam kontribusinya.
3. Lika-liku perjalanan seminari menengah santo Paulus Sintang
3.1. Tahap pendidikan dan pembinaan
Pada hakekatnya tujuan utama pendirian Seminari ini adalah mendidik calon Imam untuk Keuskupan Sintang. Namun dalam perjalanan beberapa tahun ke depan, Seminari juga menerima para calon titipan dari beberapa Kongregasi dan Keuskupan lain. Kebijakan ini dilakukan Rektor dengan persetujuan Uskup Sintang saat itu. Para calon yang diterima juga bukan saja tamatan SMA tetapi juga tamatan SMP/ SLTP. Adapun klasifikasi para seminaris yang dibina di Seminari adalah sebagai berikut:
Calon titipan
Calon titipan. Yang dimaksudkan dengan calon titipan adalah para calon seminaris yang sebelum masuk ke Seminari telah melamar dan memilih menjadi calon imam/biarawan bagi keuskupan, serikat atau ordo tertentu. Mereka dititipkan di Seminari Sintang untuk dididik dan dibina dan setelah satu atau dua tahun mereka diserahkan kepada Kongregasi yang menitip mereka tentu dengan rekomenasi Rektor Seminari.
Calon bebas. Calon bebas adalah para seminaris yang ketika bergabung ke Seminari belum terikat pada Kongregasi atau Keuskupan atau serikat tertentu. Selain calon titipan semua calon umum disebut calon Imam keuskupan Sintang. Lama pembinaan bagi calon titipan tergantung pada Kongregasi yang menitipnya, sementara lama pendidikan calon umum adalah dua tahun yang mana pada akhir tahun kedua mereka diminta untuk melamar ke Keuskupan Sintang sebagai prioritas utama, atau ke Keuskupan dan Kongregasi lain melalui ijinan khusus.
Khusus yang tamatan SMP/SLTP. Jumlah mereka tidak banyak. Setiap hari mereka wajib mengikuti pendidikan berdasarkan kurikulum pemerintah di SMAK St. Thomas Aquino Mataloko (letaknya persis di depan Seminari). Sementara itu pada saat di luar waktu formal sekolah, mereka mengikuti pembinaan khusus di seminari seperti liturgy, bahasa Latin, Kitab Suci, sejarah Gereja, dll. Mereka juga wajib mengikuti semua acara di Seminari seperti doa, misa, kerja, jam belajar, dll kecuali bila mereka mempunyai kegiatan di SMA Thomas. Setelah tamat SMA mereka masuk ke tahun ke-4, yang disebut tahun retorika. Pada jenjang ini mereka mendapat pembinaan intensif dan khusus selama satu tahun sebagai persiapan untuk memasuki seminari tinggi (TOR atau novisiat).
3.2. Jumlah Siswa
Berdasarkan data yang tercantum dalam Buku Induk Seminari, diperoleh data bahwa sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2002, jumlah siswa yang telah dididik dan dibina di Seminari Menengah Santo Paulus Sintang sebagai berikut:
Angkatan I tahun 1989-1991 : 35 orang
Angkatan II tahun 1990-1992 : 49 orang
Angkatan III tahun 1991-1993 : 29 orang
Angkatan IV tahun 1992-1994 : 22 orang
Angkatan V tahun 1993-1995 : 38 orang
Angkatan VI tahun 1994-1996 : 51 orang
Angkatan VII tahun 1995-1997 : 37 orang
Angkatan VIII tahun 1996-1998 : 47 orang
Angkatan IX tahun 1997-1999 : 97 orang
Angktan X tahun 1998-2000 : 74 orang
Angkatan XI tahun 1999-2001 : 108 orang
Angkatan XII tahun 2000-2001 : 11 orang
Angkatan  XIII tahun 2001-2002 : 68 orang
Total : 696 ORANG
Selanjutnya ini disebut periode I karena setelah itu pengelolaan seminari St. Paulus dilakukan oleh penyelenggaraan bersama beberapa kongregasi dengan Ordo Karmel Indonesia sebagai koordinatornya.
3.3. Rencana Penutupan Seminari
    Setelah lebih kurang 13 tahun perjalanan Seminari Menengah Santo Paulus Sintang di Mataloko, dan telah menghasilkan XIII angkatan, dengan jumlah seminaris 696 orang, maka Keuskupan Sintang mengadakan evaluasi. Dari pelaksanaan evaluasi itu diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan Seminari St. Paulus Sintang di Mataloko Flores NTT perlu ditinjau kembali karena Keuskupan Sintang ingin lebih fokuss mengelola Seminari yang ada Keuskupan Sintang. Berdasarkan hal hal pokok di atas maka pihak Keuskupan Sintang bermaksud menutup Seminari Sintang di Mataloko.
   Dalam pertemuan dengan para Uskup, pemimpin serikat dan ordo, rupanya rencana Keuskupan Sintang untuk menutup Seminari Sintang di Mataloko tidak mendapatkan reaksi positif. Justru para uskup, pemimpin serikat dan ordo sangat menyayangkan rencana penutupan seminari tersebut. Hal ini dikarenakan 1). Seminari Sintang di Mataloko adalah sebuah KPA yang sudah dikenal luas di NTT dan setiap tahun ada paling kurang 70an anak tamatan SMA/ SMK yang melamar ke Seminari ini. 2). Ada banyak kongregasi dan serikat yang pada saat itu belum memiliki cukup tenaga formator juga rumah formasi setingkat aspiran dan postulat. Maka keberadaan Seminari KPA St. Paulus Mataloko sangat membantu mereka yang dalam arti yang lebih luas juga membantu Gereja sendiri. Akhirnya pihak Keuskupan Sintang mengajukan opsi lain yakni akan menghibahkan Seminari tersebut kepada yang berkenan melanjutkan penyelenggaraannya. Opsi ini disetujui oleh Uskup Agung Ende dan kongregasi kongregasi yang menitipkan calon calonnya di Seminari tersebut.
3.4. Serah Terima Seminari
    Sebagai tindak lanjut dari opsi penghibahan tersebut maka dilakukan kesepakatan dengan serikat dan ordo maka pada tanggal 15 Januari dalam sebuah perayaan Ekaristi yang bertempat di kapela Seminari, diadakan acara serah terima Seminari Menengah Santo Paulus Sintang di Mataloko dari pihak Keuskupan Sintang selaku pihak yang menyerahkan yang dilakukan oleh Rm. Ewaldus, Pr Vikjen Keuskupan Sintang yang mewakili bapak Uskup Sintang kepada pihak penerima yaitu penyelenggaraan bersama beberapa Kongregasi yang diwakili oleh Rm. Heribertus Heru Purwanto, OCarm Provinsial Ordo Karmel Indonesia. Kongregasi kongregasi yang dimaksud adalah OCarm, SVD, SMM dan OFM Capusin.

3.5. Nama Baru
Moment serah terima Seminari Menengah Santo Paulus Sintang di Mataloko kepada pihak penyelenggara yang baru yang diwakili oleh Ordo Karmel Indonesia, menjadi sebuah moment pergantian nama lembaga pendidikan calon imam ini. Nama lembaga pendidikan calon ini semula adalah SEMINARI MENENGAH SANTO PAULUS SINTANG DI MATALOKO, GOLEWA 86461, NGADA, FLORES, NTT  berganti nama menjadi : SEMINARI MENENGAH KPA SANTO PAULUS MATALOKO, GOLEWA 86461, NGADA, FLORES, NTT.
4. Visi misi dan profil lulusan Seminari Menengah KPA St Paulus Mataloko
Sejak awal pendiriannya sampai dengan beberapa kali pergantian kepemilikannya seminari ini memiliki visi dan misi yang sangat mulia dan jelas. Sejak awal Mgr. Isak doera dan Rm. Mathias Sala menyusun arah yang jelas. Visi misi itu kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya baik ketika penyelenggaraan bersama inter kongregasi maupun pada saat ini ketika seminari berada di bawah Ordo Karmel Indonesia. Adapun visi misi itu adalah:
Visi: Mengikuti Yesus Kristus dengan hati yang murni seturut teladan Santo Paulus, Rasul bangsa-bangsa.
Misi :Membangun komunitas intelektual yang berdoa, bersaudara dan bertanggungjawab.
5. Profil Lulusan :
Di bawah visi misi itu kemudian disusun profil kelulusan dari para alumni Seminari KPA St. Paulus Mataloko.
Sanctitas. Dari kata dasar sanctae, santi, santo/a, kudus
Seminaris memiliki kedewasaan dalam hidup rohani . Artinya :
Menempatkan Kristus sebagai sumber dan pedoman hidup.
Memiliki iman yang terintegrasi dalam hidup.
Menghargai dan menghidupi sakramen, sakramentali dan devosi (secara khusus kepada Bunda Maria)
Memiliki kebiasaan berefleksi dan mengadakan evaluasi.
Memiliki kebiasaan membaca dan merenungkan Kitab Suci.
Menghargai dan menghidupi tradisi doa (doa, bimbingan rohani, pemeriksaan batin dan bacaan rohani.
Terbuka kepada bimbingan Roh serta memiliki suara hati yang jernih.
Menghayati hidup doa sebagai sumberkekuatan hidup.
 Seminaris memiliki kedewasaan dalam hidup panggilan :
Mampu mengambil keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya.
Mengenal dan mulai menghidupi tiga nasehat injil.
Memiliki motivasi murni ke arah panggilan imamat atau hidup bakti
Seminaris berkembang dalam hidup menggereja dan masyarakat :
Memiliki semangat melayani dan rela berkorban dalam melaksanakan tugas panggilan.
Memiliki perhatian dan kepribadian terhadap Gereja dan masyarakat.
Peduli terhadap masalah- masalah ketidak adilan.
Terlatih memimpin dengan dijiwai semangat melayani dan rela berkorban.
Diharapkan mulai mengenal ketrampilan dasar dalam pastoral.
Sanitas: Sehat
Seminaris sehat fisik, tidak sakit-sakitan, tahu hidup sehat atau pun menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan.
Seminaris sehat secara psikologis dan bertumbuh sebagai pribadi yang matang dan seimbang secara emosional.
Seminaris sehat secara seksual. Tidak memiliki kecenderungan negatif (homoseks) dalam seksualitas.
Mampu bergaul-bereaksi dengan lawan jenis secara sehat sebagai orang calon  imam atau pun biarawan.
Simplicitas: sederhana
Seminaris mampu menghayati hidup sederhana dengan fasilitas apa adanya.
Seminaris terlatih, terbiasa atau pun mahir dalam menggunakan secara optimal fasilitas-fasilitas yang minimal.
Seminaris mampu secara kreatif menciptakan, seturut kemampuan, sarana-sarana yang mereka butuhkan.
Seminari mampu ugahari dengan apa yang mereka miliki.
Seminaris memiliki sifat jujur dan tulus dalam hidup dan tindakan mereka.
Societas: Makhluk yang bermasyarakat
Seminaris mampu mewujudkan komunitas seminari sebagai convivium atau medan hidup bersama.
Seminari mampu menghayati hidup persaudaraan dengan sesama seminaris. Ia tidak melihat anggota komunitas yang lain hanya sebagai teman atau pun orang lain, melainkan sebagai saudara. Komunitas dipandang sebagai keluarga.
Seminaris mampu berelasi dengan sesamanya secara sehat dan wajar.
Seminaris mampu menerima secara tulus dan jujur keunikan pribadi sesamanya.
Seminaris mampu mengadakan correctio fraterna untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri sendiri dan sesama demi peningkatan kualitas hidup personal dan komunal.
Solidaritas: Punya sikap solider, empati dan belarasa
Seminaris memiliki perhatian, belas kasih dan bela rasa (empati) terhadap sesama yang miskin dan membutuhkan bantuan.
Seminaris seturut ruang lingkup dan kemampuannya berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan bagi sesamanya.
Seminaris menghayati solidaritas dengan sesama yang miskin, lemah dan kekurangan melalui penghayatan hidup sederhana.
Sapientia: Kebijaksanaan hidup
Seminari mampu memadukan secara seimbang pengolahan budi (intelektual) dengan pengolahan hati dan rasa (afeksi) sehingga mampu menghayati hidup dengan bijaksana.
Seminaris mampu berpikir kritis, analitis, sintesis dan kreatif.
Seminaris memiliki tradisi membaca dan studi yang kuat.
Seminaris mampu terbuka terhadap segala informasi dunia dan mempunyai inisiatif untuk mengembangkan pengetahuan.
Seminaris mampu menguasai bahasa asing terutama bahasa inggris.
Seminaris memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk masuk ke jejang pendidikan berikutnya.
Seminaris diharapkan mampu menuangkan ide-idenya dalam bahasa tulisan.             
5.1. Tujuan  Pembinaan
5.1.1. Tujuan Umum
Mempersiapkan calon imam dan bruder untuk masuk novisiat atau tahun rohani dan STFT/STFK.
Membantu para calon untuk mengenal dirinya sendiri dan pilihan dasar mereka.
5.1.2. Tujuan Khusus
Membantu para calon memantapkan keputusan yang telah mereka ambil untuk menjadi imam atau bruder.
Mendampingi para calon untuk mencapai kedewasaan manusiawi (terutama bidang efektif), kedewasaan psikologis (keseimbangan antara nilai-nilai dan dorongan kebutuhan kodrati) dan kedewasaan panggilan (kemampuan untuk meresapkan secara obyektif nilai-nilai kristen dan religius).
Memberikan pengetahuan dasar umum terutama  tentang agama sampai tingkat yang memadai untuk memasuki tahun orientasi rohani atau masa novisiat dan STFT/STFK.
Memperkenalkan ordo atau serikat atau imam diosesan di mana mereka akan mengikatkan diri.
Membantu para calon untuk menjadi manusia kristiani yang integral.
Menemukan segi-segi patologis dan memurnikan motivasi.

5.2.  Metode Pendidikan dan Pengajaran
5.2.1. Pengenalan
Tujuan pokok masa pendidikan dan pembinaan di Seminari ini ialah membantu para calon untuk mengenal dirinya sendiri serta pilihan dasar mereka. Ini berarti membantu mereka untuk menilai kekuatan-kekuatannya dalam terang cahaya panggilan Allah dan memikirkan kemungkinan untuk menghayati panggilan itu dengan bebas dan obyektif tanpa paksaan dan tanpa merendahkan keluhuran panggilan tersebut.
5.2.2. Pendampingan
Maksudnya adalah membantu para seminaris untuk mendalami dan mematangkan pengenalan mereka sendiri melalui program pendidikan yang menghormati kebebasan mereka dan memacu pengembangan nilai-nilai yang merupakan persyaratan dengan secara khusus memperhatikan cara-cara berikut:
Kedewasaan manusiawi (terutama bidang afektif); kedewasaan psikologis (keseimbangan antara nilai-nilai dan dorongan kebutuhan rohani); dan kedewasaan panggilan (yakni mampu meresapkan secara  obyektif nilai-nilai kristen dan religius).
Pendidikan dasar umum sampai  mencapai tingkat yang memadai untuk memasuki  tahun orientasi rohani atau masa persiapan novisiat dan tuntutan studi sesudah masa novisiat.
Pengetahuan  tentang  ordo atau serikat atau keuskupan di mana mereka hendak mengikatkan diri.
Pendalaman dan peresapan nilai-nilai serta tuntutan dalam mengikuti Yesus Kristus dengan kemungkinan untuk mengambil keputusan yang wajar, sehat dan pasti mengenai panggilannya
5.2.3. Bidang-Bidang Pendampingan:
a).  Bidang Spiritual
Menjalin hubungan pribadi dengan Allah.
Menghargai nilai ibadah, Doa pribadi dan praktik  kesalehan di dalam hidupnya sendiri.
Bersikap terbuka bagi pertumbuhan rohani melalui bimbingan rohani.
Berminat kepada kitab suci dan mampu mempelajari dan menghayatinya.
Sungguh berusaha menghayati injil.
Cukup paham tentang dosa dan kejahatan dalam dirinya dan juga dalam diri orang lain dan berkeinginan untuk mengoreksi diri demi kemajuan pribadi.
Cukup paham mengenai ajaran  iman katolik.
b). Bidang Intelektual
Latar belakang dan pengetahuan yang cukup untuk maju dalam studi dan pekerjaan, terutama karena belajar dari kegagalan  dan keberhasilan.
Mampu menjadi kreatif, bertanggung jawab dan mandiri dalam olah pikir.
c).  Bidang Komunal
Bersikap toleran dan sabar; menerima persahabatan; mampu bergaul dengan kesunyian dan peka-rasa serta tanggap akan kebutuhan orang lain.
Pemahaman dasar mengenai kekuasaan; mampu menerima teguran, nasihat, pujian dan mampu mengadakan pendekatan dengan pemimpin.
Mampu menjalin hubungan baik dan menyenangkan dengan berbagai macam orang.
Bersedia turut ambil bagian dalam menciptakan semangat persaudaraan yang bebas dari mentalitas menyendiri atau ghetto.
5.3. Penilaian Hasil Belajar
Pemberian nilai atas hasil studi didasarkan atas acuan Penilaian Kemajuan Studi seminaris. Kemajuan studi dinilai secara kumulatif dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Aspek kognitif ialah kemampuan di bidang pengetahuan teoretis dan ketrampilan menjabarkan ilmu. Hal ini dapat diketahui dari test tulisan, test lisan dan tugas-tugas.
Aspek afektif ialah sikap atau perilaku yang diperlihatkan oleh seminarist selama mengikuti pendidikan dan pembinaan. Hal  ini dilihat pada keunggulahsiswa dalam melaksanakan tugas-tugas, kehadiran dan kesunguhan mengikuti perkuliahan, disiplin, kebersihan, dan keakfifan selama kuliah.
Aspek psikomotorik adalah kemampuan untuk menyelaraskan tugas dengan perbuatan dalam kehidupan bersama sebagai warga ilmiah. Ini dapat diukur melalui observasi atas pelaksanaan tugas-tugas, semangat membaca, penampilan berbahasa, menulis, membawakan kotbah, renungan, dsbnya.
Alat penilaian hasil belajar dapat berupa tes (ulangan harian dan ujian semester), pemberian tugas (pekerjaan rumah), paper ilmiah, akademi, renungan, refleksi,  dll.
Dalam menyusun materi ujian, para guru perlu mempertimbangkan tingkat kesulitan dengan komposisi sebagai berikut: 20% sulit, 50% sedang dan 30% gampang
5.4.  Hak dan kewajiban seminaris
5.4.1.  Hak Seminaris.
Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku dalam lingkungan seminari.
Memperoleh pendidikan, pengajaran dan segenap pelayanan dalam bidang akademik sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan.
Memanfaatkan fasilitas pendidikan dalam rangka membantu kelancaran proses belajar di seminari.
Mendapatkan bimbingan dari pembina yang bertanggung jawab demi kemajuan akademik dan perkembangan kepribadian.
Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang diikuti dan hasil belajar yang dicapai.
Menyelesaikan studi sesuai peraturan dan sistim pendidikan yang berlaku.
5.4.2. Kewajiban Seminaris.
Menanggung semua biaya pendidikan yang telah ditentukan.
Menjaga citra nama baik seminari ini.
Mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di lembaga ini.
Memelihara berbagai sarana dan prasarana yang ada di seminari ini
Menjaga ketertiban dan keamanan seminari.
Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah.
Bertanggung jawab memanfaatkan waktu belajar secara efektif dan efisien.
Mengikuti kegiatan rohani yang jadwalnya sudah diatur.
Bertanggung jawab menciptakan dan memelihara ketenangan di seluruh seminari pada waktu pelajaran sedang berlangsung.
Mengerjakan sendiri ulangan, ujian atau tugas lain kecuali kalau ditentukan lain oleh para guru.
Menyampaikan aspirasi, saran, komenrar, kritik dan pertanyaan secara sopan.
Bertanggung jawab menciptakan dan memelihara kebersihan dan keindahan seminari dengan cara:
Memasukkan sobekan kertas dan sampah ke dalam kotak sampah yang telah disiapkan.
Tidak diperkenankan mencoret, menulis atau menggambar pada kursi, meja, bangku maupun tembok dalam lingkungan seminari
Memperhatikan dan ikut menjaga kelestarian serta keindahan taman-taman dalam lingkungan seminari.
Dilarang meletakan kaki/sepatu di tembok, kursi, meja, bangku di dalam lingkungan seminari.Untuk kuliah/pelajaran wajib mengenakan busana yang rapih, sopan dan pantas (baju motif daerah-celana panjang warna hitam pada Hari Senin sampai dengan Rabu dan baju putih lengan panjang-celana panjang warna hitam pada Hari Kamis sampai dengan Jumad.).
Menggunakan bahasa yang sopan, santun dan beradab dalam pergaulan. Tidak diperkenankan menggunakan bahasa yang jorok, diskriminatif dan melecehkan serta rasis (selalu berbahasa daerah sesuai dengaan sukunya masing-masing).
Tidak membawa barang-barang tajam, minuman keras dan obat-obatan terlarang. Kecuali barang tajam untuk pekerjaan.
6. Jumlah seminaris dan yang telah menjadi Imam
Rumah pendidikan Seminari Menengah KPA Santo Paulus Mataloko memiliki lahan yang sempit, dengan kapasitas menampung terbatas. Maka sejak periode yang II, mulai pada 1 Agustus 2003, jumlah seminaris dibatasi maksimal 40-50 orang. Selain mengingat sempitnya lahan dan terbatasnya daya tampung seminari, terdapat tujuan yang lebih mendalam yang ingin dicapai yakni agar pendidikan, pembinaan serta pendampingan para seminaris dapat dilakukan secara lebih efektif, efisien dan intensif. Dengan demikian diharapkan para seminaris mendapatkan pendampingan yang menyeluruh baik secara intelektual, kepribadian maupun kerohanian.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka jumlah seminaris yang telah dan sedang dididik dan dibina di Seminari Santo Paulus Mataloko sebagai berikut :
Angkatan XIV, tahun 2002-2003 :  tidak ada (renovasi bangunan)
Angkatan XV,  tahun 2003-2004 : 29 orang
Angkatan XIV,  tahun 2004-2005 : 40 orang
Angkatan XVII, tahun 2005-2006 : 38 orang
Angkatan XVIII, tahun 2006-2007 : 40 orang
Angkatan XIX,    tahun 2007-2008 : 37 orang
Angkatan XX, tahun 2008-2009 : 36 orang
Angkatan XXI, tahun 2009-2010 : 53 orang
Angkatan XXII, tahun 2010-2011 : 56 orang
Angkatan XXIII, tahun 2011-2012 : 46 orang
Angkatan XXIV, tahun 2012-2013 : 50 orang
Angkatan XXV, tahun 2013-2014 : 45 orang
Angkatan XXVI, tahun 2014-2015 : 37 orang
Angkatan XXVII, tahun 2015-2016 : 50 orang
Total : 557
Total periode I dan periode II 1.253 orang

Yang menjadi Imam kurang lebih 250an orang yang sekarang tersebar dalam berbagai tarekat dan keuskupan, misalnya: Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Sintang, Keuskupan Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Weetabula, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Sibolga, Keuskupan Medan, Keuskupan Bogor, Keuskupan Sorong, Keuskupan Merauke. Serikat Sabda Allah (SVD), Ordo Karmel (OCarm), Serikat Maria Montfortan (SMM),  Ordo Salib Suci (OSA), Kongregasi Redemptoris (CSsR), Kongregasi Rogasionis (RCJ), Serikat Xaverian (SX), Ordo OFM Cap Sibolga, Kongregasi MSF Provinsi Kalimantan, Kongregasi Pasionis di Malang (CP), Ordo Salib Suci, Kongregasi Stikmata hati Yesus, Kongregasi Camilian Filipina, Kongregasi CICM di Ujung Pandang, Rogationis Hati Yesus, dan lain lain.
7. Program Pendidikan dan Pembinaan calon imam selama setahun
7.1. Program umum
Pendaftaran & seleksi calon seminaris.
Pendaftaran calon seminaris diadakan setiap tahun. Pendaftaran tersebut dibuka pada tanggal 1 Februari dan ditutup tanggal 31 Mei.  Penerimaan seminarist baru diatur secara khusus. Setiap tahun menjelang dimulainya tahun ajaran baru dikeluarkan pengumuman tentang penerimaan tersebut melalui radiogam, surat atau di papan pengumuman SSPM. Adapun persyaratan umum penerimaan: lulusan SMU, SMK, SPG, PGA dan sederajat, juga Tingkat Diploma dan Universitas; tidak mempunyai cacat tubuh yang dapat mengganggu proses pembelajaran dan kemajuan studi, tidak sedang menderita penyakit menular, gangguan jiwa ataupun penyakit yang membahayakan diri dan sesama seminarist. Seleksi calon seminaris diadakan setiap tahun ajaran baru. Seleksi tersebut dilakukan pada awal bulan Juni. Seleksi calon meliputi: Keterampilan berbahasa Indonesia, tes IQ, keterampilan berbahasa Inggris, keterampilan Pengetahuan Agama Katolik, wawancara.
Masa orientasi siswa
Dibuat beberapa hari dengan kegiatannya adalah penjelasan tentang sejarah berdirinya seminari ini, perkembangan dan keadaannya hingga saat ini, visi dan misi seminari ini. Juga tentang program pembinaan setahun, acara harian, penjelasan tentang bidang studi serta pemilihan Deken dan Sub Deken serta seksi-seksi terkait untuk semester pertama. Selanjutnya diisi dengan pengenalan untuk Ibadat Harian dan Perayaan Ekaristi serta kerja harian dan juga latihan koor. Pada hari akhir orientasi ditutup dengan misa pembukaan tahun ajaran yang dipimpin oleh Rektor. Pada sore harinya diadakan pertemuan perdana antara para formator s dan pertemuan perdana Deken dan Sub Deken dan anggota-anggotanya. Malam harinya diisi dengan rekreasi bersama.
Kegiatan belajar dan mengajar: Dimulai pada bulan Agustus sampai bulan Desember untuk semester pertama. Dan bulan Januari sampai bulan Mei untuk semester kedua.
Akademi-seminar ilmiah: Dibuat pada minggu IV setiap bulan. Mulai bulan September yang dibawakan oleh para seminarist dan dibagi ke dalam beberapa kelompok akademi sesuai dengan pembagian kamar tidur
Rekoleksi: Dibuat setiap 2 bulan sekali terutama pada Minggu V. Mulai tanggal 30 November. Temanya: Menghayati masa Adven dan Natal & Menjadi pribadi yang matang dan hakiki
Quis kitab suci: Balam rangka memaknai BULAN KITAB SUCI NASIONAL maka akan diadakan perlombaan akademis berkaitan dengan KITAB SUCI yang mencakup: quis, membaca, membawakan mazmur dan menulis karangan mini. Kegiatan ini dibuat pada pekan terakhir bulan September.
Ziarah dan rekreasi: Dibuat pada akhir bulan Oktober ke Gua Maria Fatima Soa dan tempat pemandian umum air panas Soa.
Ujian semester pertama: dibuat pada minggu II bulan Desember.
Testing masuk STFK Ledalero: Berlaku untuk semua untuk mengetahui kemampuan intelektual para seminaris yang akan melanjutkan ke seminari tinggi di mana saja. Testing ini diselenggarakan oleh STFK Ledalero dan mencakup beberapa mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggrisdan test IQ (Intelegent questiont).Dibuat bagi para calon Karmel, SVD, Projo, Stikmata dlll. Dibuat pada minggu III Desember.
Liburan Natal dan Tahun Baru : Sekitar tanggal 22 Desember sampai 7 Januari
Dies Natalis: Diawali dengan Upacara pembukaan dan selanjutnya diisi dengan berbagai pertandingan dan perlombaan baik yang bersifat akademis, ilmiah maupun rekreatif. Puncaknya ditandai dengan Perayaan Ekaristi dan resepsi sederhana pada tanggal 25 Januari. Misa Dies natalis pada tanggal 25 Januari ini biasanya dipersembahkan oleh alumni Seminari yang baru saja ditahbiskan. Ini adalah bentuk penghargaa kepada mereka juga sebagai bentuk promosi panggilan dan cara menanamkan keyakinan kepada para seminaris bahwa mereka juga bisa menjadi Imam suatu hari nanti.
Retret tahunan. Biasanya dibuat 2 kali dalam setahun yaitu; I) retret hidup baru dalam Roh dan II). Penyembuhan luka luka batin. Retret ini diberikan oleh para suster Putri Karmel (Pkarm) dari Waelengkas Manggarai. Setelah retret biasanya dilanjutkan dengan outing/ rekreasi ke suatu tempat wisata.
Corectio fraternal: Setiap calon imam memberikan penilaian pribadinya tentang semua teman yang mencakupi aspek intelektual, emosi dan kepribadian, kerohanian serta tanggung jawab. Dibuat pada awal November (semester I) dan awal Maret (semester II)
Live in dan Paskahan: Biasanya dibuat bertepatan dengan perayaan Paskah di  paroki atau lingkungan tertentu. Untuk kegiatan ini biasanya dibaut panitia khusus.
Ujian semester kedua: Dibuat pada Minggu II bulan Mei
Kunjungan akhir tahun: Dibuat setelah ujian semester II di lingkungan atau stasi di sekitar Ngada.
Evaluasi akhir tahun. Dibuat oleh para formator dan para guru. Juga antara para formator dan para seminaris.
Penutupan tahun ajaran dan perpisahan. Biasanya untuk mengakhiri seluruh rangkaian pembinaan dan pendidikan selama setahun yang diisi dengan Misa Syukur dan Acara Resepsi sederhana.
7.2. Lain lain
Konferensi. Biasanya menyangkut pokok tertentu dan diberikan oleh para Romo. Tema-temanya adalah: Doa dan mengenal diri, Kerasulan Paulus, Perspektif seksualitas dari segi calon  imam/ biarawan, Menjadi pribadi yang matang
Lectio divina. Diadakan setiap jumat malam. Ini merupakan suatu bentuk doa bersama yang bersumberkan pada kitab suci.
Ibadat sabda tanpa imam. Ini merupakan kesempatan bagi para seminaris untuk melatih diri sebagai pemimpin Ibadat Sabda yang biasanya dilakukan oleh awam pada hari minggu.
Meditasi harian tertulis. Para seminaris wajib membuat meditasi tertulis selama beberapa hari dalam satu minggu lalu dikumpulkan yakni pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Hal ini akan membantu para seminaris untuk semakin akrab bergaul dengan Kitab suci serta belajar cara menyusun renungan tertulis secara sistematis.
Baca kitab suci. Setiap malam setelah studi pribadi, para seminaris diberi kesempatan untuk membaca Kitab Suci secara pribadi. Di samping itu setelah Completorium, para seminaris diberi kesempatan untuk membaca teks Kitab Suci untuk perayaan Ekaristi keesokan harinya.
Paper ilmiah. Ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh para seminaris untuk mengikuti ujian akhir pada semester kedua.
Program spesial bahasa inggris. Akan diadakan misa dalam Bahasa Inggris sehingga membantu para seminaris untuk semakin belajar Bahasa Inggris dan mencoba mengaplikasikannya dalam Misa. Dibuat pada setap hari Jumat setelah diadakan latihan secukupnya. Di samping itu hari Jumat dijadikan sebagai english day. Dan kalau memungkinkan akan diadakan english night programme in cooporation with the others schools.
Rekreasi terpimpin. Pada malam tertentu saat rekreasi, para seminaris dan formator mengadakan acara rekreasi terpimpin yang biasanya diisi dengan acara-acara kreatif oleh masing-masing kelompok.
Doa rosario: dibuat setiap malam Minggu menggantikan Completorium di luar. Bulan Rosario. Pada Bulan Mei dan Oktober.
Novena Natal: dibuat sebagai persiapan batin untuk merayakan Natal, mulai tanggal 17 Desember
Novena Pentekosta: dibuat sebagai persiapan menjelang Hari Raya Pentekosta.

Program semester dan tahunan serta acara harian Seminari
Program semester dan tahunan
Program semester dan tahunan adalah yang sangat penting. Dengan adanya program semua kegiatan dapat berjalan secara baik dan teratur. Program tahunan ini disusun pada awal tahun ajaran.
Catatan: Jadwal ini bisa berubah sewaktu-waktu.

8.2. Acara harian seminari.
Acara umum
05.00 – 05.30 : Bangun pagi lalu mandi serta berpakaian dalam keheningan
05.30 – 06.30 : Ibadat pagi dan misa pagi
06.30 – 07.30 : Opus manuale
07.30 – 07.45 : Sarapan pagi
07.45 – 08.00 : Menyiapkan diri untuk pelajaran
08.00 – 08.50 : Jam pelajaran pertama 
09.00 – 09.50 : Jam pelajaran kedua
10.00 – 10.50 : Jam pelajaran ketiga
11.00 – 11.50 : Jam pelajaran keempat
12.00 – 12.30 : Doa Angelus, ibadat siang dan latihan nyanyi serta  madah
12.35 – 12.55 : Rekreasi bersama
13.00 – 13.30 : Makan siang diawali dengan mendaraskan 1 Mazmur dan bacaan Kitab Suci
13.45 – 15.30 : Siesta (hening)
15.30 – 16.00 : Opus sore
16.00 – 16.30 : Mandi dan berpakaian
16.30 – 18.30 : Pelajaran kelima, keenam
19.00 – 19.45 : Vesperae dan meditasi
20.00 – 20.30 : Makan malam dan spulen
20.30 – 21.30 : Studi pribadi
21.35 – 22.00 : Baca Kitab Suci
22.00 – 22.15 : Ibadat malam
22.15 – 22.30    : Istirahat malam/ Kerjakan tugas/ Kerjakan catatan harian
Yang khusus
Rabu
10.00 – 12.30 : Olahraga (semua wajib olahraga)
16.30 – 18.50 : Pelajaran kelima dan keenam
19.00 – 19.45 : Ibadat sore + Ibadat penutup
20.00 – 20.30 : Makan malam dan cuci alat makan minum
20.30 – 23.30 : Nonton TV, Rekreasi bebas
24.00 –          : Istirahat Malam
Jumat
16.00 – 16.30 : Ibadat sore yang didahului dengan doa koronka kerahiman
16.30 – 19.30 : Pelajaran kelima, keenam.
20.00 – 20.30 : Makan malam dalam keadaan hening sambil mendengarkan bacaan rohani
21.00 – 22.00 : Lectio divina, doa Taize,  ibadat sabda atau meditasi terpimpin
22.00 – : Istirahat Malam/ kerjakan tugas/ kerjakan catatan harian
Sabtu
08.00 – 10.00 : Latihan Koor oleh Frater TOP dan seksi liturgi
10.00 – 10.30 : Pembagian Kerja oleh sub-deken
10.30 – 12.30 : Kerja umum
13.00 – 13.30 : Makan siang didahului oleh  mazmur “dari jurang yang dalam”, pembacaan kitab suci
13.30 – 15.30 : Istirahat siang
16.15 – 16.45 : Ibadat sore I
17.00 – 19.00 : Olahraga (semua wajib olahraga)
19.30 – 20.00 : Doa Rosario untuk Minggu I dan III dan ibadat penutup untuk Minggu II, IV dan V.
20.30 – 21.00 : Makan malam dan cuci alat makan
21.00 – 24.00 : NontonTV…, istirahat malam
Minggu pertama dan ketiga
04.15 – 05.15 : Bangun pagi, mandi dan berpakaian
05.15 – 05.45 : Ibadat pagi lalu berangkat ke Paroki
06.00 – 08.00 : Perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Roh Kudus Mataloko
08.00 – 08.30 : Kerja pagi
09.00 – 09.30 : Sarapan pagi setelah itu jalan-jalan (Minggu pesiar)
17.00 – 17.30 : Ibadat sore dan salve/ penyembahan sakramen Maha Kudus
17.30 – 19.25 : Studi Pribadi
20.00 – 20.30 : Makan malam
20.30 – 20.45 : Doa Rosario dengan seluruh karyawan/ ti di kamar makan lalu cuci alat makan
20.45 – 23.00 : Rekreasi umum atau terpimpin: ja’i, gawi, dolo dolo danca dll
Minggu kedua, keempat dan kelima
04.30 – 05.30 : Bangun pagi, mandi dan berpakaian
05.30 – 07.30 : Ibadat pagi dan perayaan Ekaristi di Seminari
08.00 – 08.45 : Makan Pagi dan cuci alat makan
08.45 – 09.15 : Kerja pagi, cuci pakaian, gunting rambut, latihan band
09.30 – 11.30 : (Minggu II:BERSIH KAMAR; Minggu IV: AKADEMI; Minggu V: REKOLEKSI)
13.00 – 13.45 : Makan dan cuci alat makan
14.00 – 15.30 : Istirahat Siang
15.30 – 16.00 : Kerja Sore
16.00 – 16.25 : Mandi dan berpakaian
16.30 – 17.15 : Ibadat sore dan salve/ penyembahan sakramen maha kudus
17.30 – 19.25 : Tulis surat untuk orang tua, buat puisi, tulis riwayat hidup, konsultasi dll
19.30 – 20.25 : Makan malam dan cuci alat makan
20.25 – 23.00 : Nonton TV.., Istirahat malam
Catatan
Usahakanlah supaya selalu disiplin dengan waktu yang ada.
Selain doa doa yang ada pada jadwal di atas, setiap kita diharapkan mempunyai doa dan devosi pribadi. Devosi kepada Sakramen Maha Kudus, Bunda Maria, St. Yosep, para Malaikat dll
Setiap hari kamis adalah hari panggilan, fokus doa kita adalah untuk panggilan, untuk para Imam, biarawan dan biarawati dan untuk para Uskup dan bapa Paus
Pada saat bangun pagi ketika lonceng dibunyikan semua bangun lalu duduk di tempat tidur dan ketua kamar lalu mengangkat lagu hari yang terindah kini telah tiba… dan dinyanyikan bersama sama.
Penjaga waktu hendaknya membunyikan BEL 5 (lima) menit sebelum kegiatan itu berlangsung
Seminari ini bebas asap rokok karena itu dilarang merokok untuk kita semua (seminaris, formator maupun para tamu)
Selama belajar pribadi wajib menjaga keheningan
Selama mengikuti pelajaran baik pagi maupun sore: wajib berpakaian seragam dan bersepatu atau bersandal sepatu
Senin dan Selasa: Celana panjang berwarna hitam dan baju motif daerah/ batik; Rabu: Baju kostum KPA, celana tisu hitam, sepatu berkaus kaki.  Kamis dan Jumat: Celana panjang berwarna hitam dan baju putih lengan panjang serta berdasi hitam).
Setiap malam, sesudah ibadat penutup, dibacakan Injil oleh lector/ pembaca bacaan-bacaan misa
Salve/ penyembahan sakramen mahakudus terjadi setiap jumat I dalam bulan, jam 19.30 malam.
Rekreasi panjang terjadi pada hari Sabtu tanpa nonton TV.
Pada hari-hari libur acara akan disesuaikan.

Program pengembangan akademik bagi seminaris
Seminaris sebagai calon imam adalah seorang calon pewarta sabda Allah. Seorang pewarta sabda Allah akan mampu menjalankan tugas panggilannya jika dibekali secara baik selama proses formasi mulai dari tingkat dasar. Karena itu selama masa pembinaannya, seorang seminaris diwajibkan untuk mengembangkan pelbagai macam kompetensi dan kedewasaan kepribadian. Salah satu hal yang harus dicapai dalam pembinaan tersebut ialah kedewasaan intelektual. Sebagai calon imam, para seminaris dituntut untuk memiliki pengetahuan yang kelak akan sangat berguna bagi dirinya dalam menjalankan tugas panggilannya sebagai imam.
Karena itu, pembinaan intelektual/akademik menjadi sebuah tuntutan yang tak bisa dihindari. Selain sebagai pribadi yang dewasa secara manusiawi dan rohani, seorang calon imam yang telah menyelesaikan proses pembinaan di seminari perlu juga untuk menunjukkan diri sebagai pribadi yang telah dewasa secara intelektual. Kedewasaan itu dilihat dari beberapa hal:
Memiliki kemampuan dan potensi untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan selama menjalani masa pembinaan di seminari yang bisa diukur dari nilai yang diperoleh, semangat belajar, memiliki metode belajar yang efektif dan budaya studi sehingga bisa mencapai perkembangan yang maksimal dalam segi intelektual.
Kemampuan untuk mengungkapkan pemikiran secara baik dan teratur sebagai modal untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Memiliki kemauan untuk berkembang secara intelektual dengan tidak menutup diri terhadap hal-hal yang baru dan memiliki kemauan untuk terus belajar.
Memiliki potensi untuk melanjutkan studi ke jenjang seminari tinggi.
Demi mencapai tingkatan intelektual yang memadai, maka sejak awal pembinaan para seminaris hendaknya diarahkan untuk memiliki ketertarikan pada pengetahuan, kemauan untuk belajar, memiliki cara belajar yang efektif dan efisien yang mana hendaknya pula disesuaikan dengan kemampuan seminaris. Hal ini dimaksudkan agar para seminaris sanggup untuk menjadi pribadi yang bisa mengembangkan pemikirannya, serta sanggup untuk menganalisa setiap hal yang dialaminya secara cermat dan kritis.
Melihat pentingnya pengembangan diri di bidang akademik ini, maka dibutuhkan sebuah pedoman yang dapat dijadikan sebagai pijakan dalam proses pembinaan dan pendampingan bagi para seminaris. Tujuan dari pengadaan pedoman ini adalah demi efektifitas dan efisiensi dalam proses pendampingan akademik sehingga harapan yang ingin dicapai dalam bentuk kedewasaan intelektual sekurang-kurangnya dapat terwujud.

9.1. Roster pelajaran semester I
No
Hari
Waktu
Pelajaran


1
Senin
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Pastoral praktis
Pastoral praktis

Bahasa Inggris
Bahasa Inggris

Sejarah Gereja




2
Selasa
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Bahasa Inggris
Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia (praktek)
Bahasa Indonesia (praktek)

Capita selecta





3
Rabu
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

17.30-19.00
Spiritualitas
Spiritualitas

Olahraga
Olahraga

Bahasa Indonesia




4
Kamis
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Liturgi dasar
Liturgi dasar

Pengantar Kitab Suci
Pengantar Kitab Suci

Psikologi




5
Jumat
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Agama dan dasar dasar iman
Agama dan dasar dasar iman

Musik intrumen dan
Musik Liturgi

Bahasa Latin





6
Sabtu
08.00-10.00

10.00-12.30
16.45-18.30
Latihan Koor

Opus Magnum
Olahraga



Semester II
No
Hari
Waktu
Pelajaran


1
Senin
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Family Origin
Family Origin

Sejarah Gereja
Sejarah Gereja

Bahasa Latin




2
Selasa
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Agama dan dasar dasar Imam Gereja Katolik

Bahasa Inggris (speaking)
Bahasa Inggris (speaking)

Psikologi


3
Rabu
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-17.30
17.30-19.00
Pendidikan Liturgi
Pendidikan Liturgi

Olahraga
Olahraga

Latihan koor
Bahasa Indonesia


4
Kamis
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Pengantar Kitab Suci
Pengantar Kitab Suci

Bahasa Inggris (structure)
Bahasa Inggris (structure)

Capita selecta


5
Jumat
08.00-08.50
09.00-09.50

10.00-10.50
11.00-11.50

16.30-18.30
Spiritualitas Umum
Spiritualitas Umum

Pastoral Praktis
Pastoral Praktis

Musik Liturgi


6
Sabtu
08.00-10.00

10.00-12.30
16.45-18.30
Latihan Koor

Opus Magnum
Olahraga


9.2. Konteks seminari KPA St. Paulus Mataloko
Seminari St. Paulus Mataloko adalah sebuah seminari kelas persiapan atas yang menerima dan membina para lulusan SMA/SMK umum (yang bukan seminari) sebagai calon imam. Proses pembinaan terjadi selama satu (1) tahun. Setelah itu para seminaris dapat langsung melamar ke pelbagai macam tarekat, kongregrasi dan keuskupan. Lama masa pembinaan yang singkat ini menuntut ketelitian, ketepatan, ketekunan, keteraturan, efektifitas dan efisiensi dalam prosesnya, sehingga output calon imam yang dihasilkan dari lembaga ini dapat sungguh bermutu dalam pelbagai bidang pengembangan kepribadian dan kompetensi.

9.4. Program pembinaan/kurikulum
Pembinaan bidang akademik di Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko mencakup aspek ilmu pengetahuan dan aspek keterampilan praktis. Pembinaan akademik di bidang ilmu pengetahuan adalah pembinaan di lingkup keilmuan dasar yang dilaksanakan melalui proses belajar mengajar di kelas. Para seminaris menerima pendidikan dan pendampingan untuk memiliki pengetahuan dalam bidang linguistik, teologi dasar dan spiritualitas, kitab suci, liturgi, sejarah Gereja dan psikologi dasar. Untuk menunjang proses pembinaan intelektual ini, maka seminari menyediakan sarana dan kesempatan bagi para seminaris untuk mengembangkan dirinya. Salah satu sarana yang utama adalah perpustakaan yang memadai.
Sedangkan pembinaan bidang keterampilan praktis meliputi pembinaan di bidang pengembangan bakat, keterampilan dasar mewarkatakan Sabda Allah, liturgi praktis, pembentukan kelompok-kelompok minat, dan latihan-latihan seperti bernyanyi, bermusik, olahraga, dll. Pembinaan bidang keterampilan praktis ini berada di bawah tanggung jawab prefek asrama untuk memudahkan pendampingan.
9.5. Ujian dan penilaian
Ujian dan ulangan merupakan salah satu kesempatan untuk mengukur perkembangan siswa dalam bidang akademik atau pengetahuan. Bagaimana kemampuan siswa dalam menangkap materi, sejauh mana ketekunannya dalam belajar, bagaimana persiapannya dalam menghadapi ujian dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh dalam ujian atau ulangan.
Waktu efektif proses pendampingan bidang akademik di seminari KPA St. Paulus dibagi ke dalam dua (2) semester. Semester I berjalan pada bulan Agustus – Desember. Sedangkan semester II berjalan pada bulan Januari – Mei/Juni. Di akhir setiap semester diadakan ujian umum untuk semua mata pelajaran.
Setiap pertengahan semester (bulan Oktober dan Maret) guru/pendamping WAJIB mengadakan ujian midsemester dan memasukkan nilai yang dicapai siswa pada tanggal yang telah ditentukan.
Penilaian yang diberikan setelah ujian atau ulangan haruslah obyektif (sesuai dengan pencapain yang diperoleh). Hal ini akan membantu pihak asrama dan direktur studi dalam menindak dan memperhatikan siswa yang membutuhkan pendampingan lebih karena nilai yang tidak mencapai tuntutan akademik di seminari ini.
Setiap siswa wajib mencapai nilai minimum 5,60 atau terkonversi C (cukup). Bila tidak mencapai ketentuan tersebut, maka siswa yang bersangkutan akan dikenai sanksi akademik. Keterangan nilai dan konversi dalam penilaian adalah sebagai berikut:
8,00 – 10  = A : Sangat Baik
6,60 – 7,90 = B : Baik
5,60 – 6,50 = C : Cukup
4,00 – 5,50 = D : Kurang
0 – 3,90  = E : Sangat Kurang
Jika memungkinkan, guru/pendamping dapat memberikan keterangan tentang siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan dalam belajar terutama saat penyerahan nilai midsemester atau semester kepada direktur studi.
9.6. Sanksi akademik
Dengan memperhatikan lama masa pembinaan yang singkat, serta tuntutan efektifitas dan efisiensi dalam pembinaan akademik, maka dibutuhkan adanya sebuah efek pendorong, yang berguna untuk memacu seminaris bergiat dalam belajar. Efek pendorong dapat berupa sanksi yang diberikan bila nilai tidak mencapai target yang diharapkan. Berikut beberapa keterangan:
Siswa yang memperoleh 3 (tiga) atau lebih nilai C (cukup) dan 1 nilai D (kurang) pada ujian midsemester atau semester akan diberi peringatan keras dan sanksi tertentu dari pihak  asrama.
Siswa yang memperoleh 2 (dua) atau lebih nilai D (kurang) ke bawah pada ujian midsemester, siswa bersangkutan akan dikenai sanksi LARANGAN UNTUK PESIAR selama sisa semester yang berjalan dan sanksi tertentu dari pihak asrama.
Bila pada ujian semester I (pertama) nilai tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, siswa yang bersangkutan akan dikenai sanksi TIDAK PULANG LIBURAN NATAL (libur di seminari) dan sanksi tertentu dari pihak asrama.
Pada ujian semester II (ujian akhir), bila mendapat nilai kurang, siswa akan dikenai sanksi berupa tugas yang harus diselesaikan untuk memperbaiki nilainya (remidial). Tugas dapat berupa membuat makalah atau paper.
Jika lebih buruk, dengan memperhatikan setiap setiap aspek yang saling berkaitan,  maka siswa bersangkutan bisa dapat dikenai sanksi berupa PEMBINAAN ULANG dalam kurun waktu tertentu di seminari.
9.7. Budaya membaca
Untuk menunjang pertumbuhan bidang akandemik secara memadai, seminari menyiapakan sarana perpustakan. Budaya membaca harus dibangun sejak dini. Seorang seminaris yang gemar membaca akan mampu berkembang dengan baik dalam hal akademik. Setiap bulan setiap seminaris wajib membaca minimal 10-30 buku dan meringkasnya. Ringkasan akan diperiksa dan akan diuji pada waktu yang telah ditentukan. “hidup kita 20-30 tahun ke depan akan ditentukan oleh satu buku yang kita baca hari ini”.
9.9. Kesimpulan.
Proses pembinaan bidang akademik/intelektual bagi para calon imam di seminari KPA St. Paulus Mataloko saat ini adalah hal yang perlu mendapat perhatian yang serius. Karena itu, dibutuhkan kerja sama dari kita semua sebagai pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Semoga dengan pedoman sederhana ini, tujuan yang mau dicapai serta harapan kita bersama dapat terwujud. Segala masukkan, usulan dan saran masih sangat diharapkan, untuk semakin menyempurnakan proses pembinaan bidang akademik di lembaga pendidikan calon imam Seminari KPA St. Paulus Mataloko.

10. Keuangan, biaya operasional dan persyaratan masuk KPA
6.1. Keuangan
Untuk biaya operasional baik untuk pembinaan dan makan minum berasal dari uang sekolah anak seminari dan subsidi dari Ordo Karmel Indonesia. Uang sekolah dan uang asrama untuk 1 tahun dari setiap anak sebesar 5 juta rupiah ditambah beras 200 Kg. Sementara subsidi Ordo Karmel setiap tahun berkisar antara 70-100 juta. Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh Seminari setiap bulan sebesar 35-40 juta. Biaya ini untuk biaya makan minum, gaji guru, gaji karyawan/ti, uang saku dan biaya-biaya lain yang tak terduga. Dengan demikian bila cuma berharap pada uang sekolah siswa dan subsidi Ordo Karmel maka tidaklah cukup. Karena itu kami harus mencari bantuan agar kelangsungan Seminari ini tetap berjalan. Tetapi syukurlah umat di sekitar kami selalu membantu dengan memberi sayur mayor juga beras. Hal ini adalah providensia/ penyelenggaraan ilahi bagi kami karena Yesus berkata “carilah dahulu kerajaan Allah, maka yang lain akan ditambahkan kepadamu”.
Berikut ini contoh biaya yang harus ditanggung setiap siswa dalam setahun.
No.
Uraian kebutuhan
Masa pembinaan
( 10 bln )
Biaya

1
Konsumsi ( makan-minum)
15.000 x 300hr
Rp.4.500.000,00

2
Uang Sekolah
150.000/bln
Rp. 1.500.000,00

3
Uang Kesehatan
25.000/bln
Rp. 250.000,00

4
 Live In
250.000
Rp. 250.000,00

5
Uang Asrama
150.000/bln
Rp.1.500.000,00

6
Uang Rekoleksi dan Retret
500.000
Rp. 500.000,00

7
Olahraga
250.000
Rp. 250.000,00

8
Perpustakaan (buku,koran, majalah,dll.)
250.000
Rp. 250.000,00


TOTAL

Rp. 9.000.000,00
(tetapi orang tua hanya membayar Rp.5.000.000,00

Keterangan : di
Dari total pembiayaan Rp. 9.000.000,00 ini,orang tua siswa cukup membayar Rp. 5.000.000,00 saja, karena Rp. 4.000.00,00 ditunjang oleh Ordo Karmel Indonesia. Pembayaran bisa dalam 2 tahap dan bisa dalam bentuk barang (beras, kain, babi,kambing, sapi)
Rincian pembayaran :
Pembayaran tahap I ( Rp. 2.500.000,00): saat masuk awal
Pembayaran tahap II ( Rp. 2.500.000,00): saat masuk setelah liburan Natal
Tetapi bila orangtua bersedia membayar sekaligus pada awal tahun dan bersedia memberi lebih, maka kami mengucapkan limpah terima kasih.
Menyangkut keuangan: bila ingin membayar uang sekolah dengan cara transfer atau mengirimkan uang untuk anak seminari, bisa melalui rekening ini:
Bank BRI Unit 4621 unit Mataloko Bajawa, No. Rek. 4621-01-011799-53-9, atas nama P. HERMIANUS YOSEP SUGI. Setelah ditransfer segera mengirimkan SMS/WA nama pengirim, jumlah uang dan tanggal pengiriman kepada ekonom Seminari (P. Rano, O. Carm) No. HP 081339840711
10.2. Persyaratan perlengkapan saat masuk
Saat masuk setiap seminaris harus membawa:
Foto copy akte kelahiran (2 lembar)
Surat Permandian dan Krisma asli dan  fotocopy (3 lembar)
Foto copy STTB dan NEM SLTA/ Sederajat (3 lembar) atau SKHUN
Pas foto ukuran 4 x 6 (5 lembar) dan berwarna seluruh badan 3R (2 lembar)
Surat persetujuan orang tua/ wali tentang izinan masuk seminari dan kesanggupan biaya pendidikan di seminari.
Surat keterangan bebas hepatitis  dan TBC dari dokter
Surat keterangan dan rekomendasi dari Pastor Paroki atau Pejabat Pastor Paroki.
Map berwarna hijau dan merah ( masing-masing 2 lembar)
Kartu BPJS
Perlengkapan yang harus dibawa :
Pakaian : kemeja putih lengan panjang dan celana panjang hitam + dasi hitam (1 pasang), baju batik lengan pendek (2 helai), kemeja/kaos, celana panjang (3 pasang), baju panas/sweater/jaket (1 helai), sapu tangan (6 helai), pakaian olahraga/kerja (3 pasang), 1 helai sarung/ kain motif daerah, 1  helai selendang adat, dan pakaian dalam secukupnya.
Sepatu, sandal sepatu, sepatu bola kaki/ sepatu kets, sandal jepit, 2 helai baju bola (pilih 2 dari club-club ini : Barcelona, Chelsea, Real Madrid, Bayern Muenchen, Liverpool, MU)
Selimut tebal (1 helai), seprei dan sarung bantal (2 helai), topi dingin, kaus kaki tidur (1 pasang), bantal kepala.
Perlengkapan mandi : ember + penggayung ( 1 buah), handuk (2 helai), sabun, pasta gigi, dll.
Perlengkapan  asrama: piring + mok +senduk + garpu ( masing-masing 1), sapu plastik atau 1 alat pel lantai, parang/sabit/cangkul/skop/linggis (pilih salah 1), 1 buah slot lemari.
Perlengkapan sekolah : buku dan alat tulis secukupnya.
Payung/mantel (1 buah), senter (1 buah)
Alat pertukangan ( pilih salah 3) : gergaji, pahat, obeng, tang, palu, gergaji besi, obeng tes, meter, water pass, dll.
Gunting rambut, gunting kuku, sisir, alat cukur, cutter ( 1 buah)
Buku dan perlengkapan lain: Alkitab deuterokanonika, rosario, 1 buah salib dada/ bross, buku Syukur Kepada Bapa, Exultate, Tata Perayaan Ekaristi Umat (masing-masing 1). Kamus Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, buku agenda (1 buah).
Catatan: Buku Brevir (Buku Ibadat Harian), Madah Bakti, Exultate, Buku Bapa kami, Tata Perayaan Ekaristi Umat tidak perlu dibawa karena seminari menyiapkannya.
Beras 20kg/bulan=200 kg/thn, jagung biji 5 kg/bulan=50 kg/thn, kacang hijau 1 kg/bulan=10kg/thn. Pembayaran dalam 2 tahap. Pembayaran bisa dalam bentuk uang. Tahap pembayaran beras, jagung, kacang juga seperti pembayaran uang di atas.
Barang yang dilarang untuk dibawa: bantal guling, radio, tape recorder, MP3, MP4, celana jeans, perhiasan dan barang berharga lainnya, kecuali jam tangan/jam waker.
Yang dianjurkan untuk dibawa: kamera (bila ada), HP, IPad (tetapi selama di seminari hanya dipakai sebulan sekali untuk berkomunikasi dengan orang tua. Selebihnya dikumpulkan pada Frater TOP), uang belanja secukupnya, flash disk/ USB.
Boleh membawa alat musik yang anda minati: gitar, seruling, biola, harmonika, dll.
Beberapa catatan tambahan:
Barang-barang yang hendak dibawa tidak perlu harus baru, yang penting masih bagus, layak, bersih dan bisa dipakai (semangat kesederhanaan perlu dipupuk). Untuk calon yang dari daerah yang  jauh, barang-barang kebutuhan, seperti ember, gayung, dll dapat dibeli di Kota Bajawa (20 menit dari Seminari St.Paulus Mataloko).
Sementara barang-barang rohani seperti rosario, buku brevir, Bapa Kami, Madah Bakti, TPE Umat, dapat dibeli di toko rohani milik Seminari St.Paulus Mataloko.



11. Catatan evaluasi
Proses formatio di seminari KPA Mataloko tentunya sangat berbeda dengan proses formatio yang terjadi di tempat lain. Ada keunikan yang tidak ada di tempat lain dikarenakan beberapa alasan, misalnya latar belakang siswa seminaris yang berbeda. Berbeda sekolah, daerah, kebiasaan, budaya, usia, pengalaman masa lalu dan sebagainya. Karena itu kami coba menyajikan beberapa catatan evaluasi berkaitan dengan tantangan dan peluang serta usul saran yang perlu kita perhatiakan bersama demi koordinasi proses formatio kita.
11.1. Tantangan/ kesulitan.
Kedisiplinan. Berbicara soal kedisiplinan adalah hal yang sangat sulit dalam proses formatio di KPA. Ini dikarenakan anak anak KPA adalah anak anak yang datang dari latar belakang SMU luar yang sangat sulit untuk hidup disiplin. Mereka terbiasa dengan pola santai, ugal ugalan, tidak peduli dan sebagainya. Hal ini sangat dominan terutama pada bulan bulan awal (Juli, Agustus, September). Memasuki bulan Oktober dan seterusnya biasanya mereka sudah bisa disiplin walau kadang juga melanggar.
Kebiasaan kebiasaan lama: Merokok, menggunakan HP, maki, gunting rambut gaya jabrik dan lain lain. Pada umumnya anak anak KPA adalah anak anak yang sudah dewasa secara usia, mereka terbiasa merokok dan minum minuman keras, tidak bisa kalau tidak pegang HP, suka mengeluarkan kata kata yang kurang sopan dan sebagainya. Berhadapan dengan tantangan ini para formator melakukan pendekatan persaudaraan dengan cara yang halus tetapi prinsipnya jelas yaitu “seminari bebas asap rokok”. Yang merokok silakan minta pulang kalau tidak mau dipulangkan.
Kemampuan akademik rendah. Seminari KPA menerima anak anak yang datang dari berbagai sekolah di seluruh NTT dan Ambon. Ada yang dari sekolah yang terkenal baik dan bermutu seperti Syuradikara, Alvares, SMAK Frater, Surya buana, SMU Regina Pacis, Tomas Aquino tetapi juga ada yang datang dari sekolah sekolah yang prinsipnya “yang penting ada ijasah”. Minat belajar anak anak SMU luar ini sangat rendah. Membaca sesuatu yang sudah tertulis rapi juga sering kali tidak bisa membedakan tanda tanda baca dengan baik. Kami sebagai formator harus bekerja keras melatih, membimbing mereka terutama dalam hal akademik ini. Karena itu jam belajar kami di KPA sangat banyak, bahkan sampai jam 11 malam.
Kurang mengenal hal hal yang bersifat rohani dan liturgis. Untuk mengajari mereka bersikap liturgis yang benar adalah sebuah tantangan yang luar biasa. Mereka tidak terbiasa dengan sikap doa yang benar, menjaga keheningan, devosi. Hal yang sangat berat juga adalah bagaimana mengajari mereka bernyanyi. Mereka tidak terbiasa dengan membaca notasi, latihan koor, buka brevir, duduk tenang bermeditasi dan sebagainaya. Tetapi yang terjadi selama ini ketika masuk novis hampir semua mereka bisa berliturgi dan bernyanyi dengan baik. Ini membutuhkan sebuah perjuangan dan kerja keras.
11.2. Peluang/ hal positif
Walau berhadapan dengan banyak tantangan namun hal penting yang harus tetap syukuri karena mereka telah membuka hati untuk MENJAWAB PANGGILAN TUHAN. Kita bersyukur bahwa dengan segala kekurangan yang mereka miliki mereka masih mau datang ke Seminari ini untuk mengikuti jejak Saulus yang bertobat dan berubah dan menjadi Rasul Paulus. Walau menghadapi banyak tantangan namun kami sangat terhibur dengan berbagai kelakuan mereka yang ‘aneh aneh’. Mereka anak anak kami yang polos yang sangat terbuka untuk dibentuk.
Panggilan yang ada dalam hati mereka adalah panggilan yang luhur. Mereka rata rata sudah berusia di atas 19 tahun, sudah punya banyak pengalaman yang terbiasa dengan lingkungan pergaulan yang heterogen.
Ada di antara mereka yang sebelumnya sudah punya keahlian seperti tukang, sopir, montir, tata boga, ahli komputer dan lain lain. Ini adalah sebuah peluang yang baik, karena mereka sangat membantu dalam kerja kerja di Seminari dan di kongregasi yang mereka masuki.
Motifasi mereka menjadi imam pada umumnya sudah terbentuk, tinggal dipoles dan dimantapkan saja.



PENUTUP   
Demikian gambaran singkat tentang Seminari Menengah KPA St Paulus Mataloko. Buku pedoman ini disusun dengan sebuah tujuan sederhana sebagai penuntun bagi semua pihak yang berkecimpung di dalam lembaga pendidikan dan pembinaan para calon imam ini baik sebagai para seminaris, para formator, guru dan pembina, pegawai dan karyawati, orang tua, donatur maupun pemerintah dan siapa saja yang memiliki hati yang baik bagi pengembangan Kerajaan Allah dan kemajuan bangsa dan tanah air di Bumi Pertiwi ini. Sekian dan Terimakasih. Tuhan Memberkati.



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar